Langkah Pertama

Prolog
Ada orang yang bilang, saya banyak berubah.
Banyak.
Entah berubah menjadi positif atau sebaliknya.

Semua diawali dari 3 tahun yang lalu. Saat-saat mendaftar ulang setelah lulus SPMB. Saya masih ingat, ketika itu matahari sedang "lucu-lucunya", bersama teman saya berjalan ke Gedung Registrasi. Yang namanya maba, ya pasti celingak-celinguk. Di pinggir danau, banyak terlihat zenior-zenior yang menunggu "mangsa-mangsa" baru. Ya, maba. Kami mangsa baru mereka!

Sambil menunggu pendaftaran, saya ke Masjid Kampus. Mau shalat dhuhur, sekalian istirahat. Selesai shalat, saya duduk rebahan. Panas. Capek.

Seorang zenior kemudian datang menghampiri. Awalnya saya mengira penjual stiker. Maklum, di masa pendaftaran ulang, banyak zenior berbulu domba yang tiba2 banting setir menjadi "pengusaha stiker". Entah menjual ke maba dengan baik-baik, atau dengan "pesona" ke-zenior-itasannya".

Dengan ramah, ia memperkenalkan diri kepada saya. Namanya k Tamsil. Anak Ekonomi 2002. Tampaknya ia berusaha mengajak ngobrol. Karena saya orangnya pemalu [walaupun kadang-kadnag memalukan], saya agak setengah hati. Ia mengajak, saya dan gerombolan maba lainnya istirahat di sebuah posko. Posko penyambutan maba, judulnya.

Di sana, kami diberi minuman dingin. Wew, lumayan. Habis 2 gelas. Masih mau tambah, tapi malu-malu.

Saya diperkenalkan dengan salah seorang zenior di kedokteran. Degg! Ketemu zenior nih!
Namanya k Yudi angkatan 2001. Di posko itu, kami diberi semacam kuisioner. Isinya macam-macam. Ada kolom identitas dan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang masih saya ingat sekarang, "Menurut adik, apa gunanya mempelajari Islam?".

Ospek berlalu. Setelah itu, saya mulai akrab dengan k Yudi. Juga zenior-zenior lainnya. k Ophie, k, k Yusri, k Akram, k Yoyo, k Sofyan, k Andi, dan yang lain.

Suatu masa, k Yudi mengajak saya dan 2 orang teman lainnya untuk ikut pengajian. Pengajian? Agak malas sih,. tapi karena merasa tidak enak dengan k Yudi, yaa ikut saja. Setiap Jum'at pengajian itu berlangsung. Di Masjid Ramsis. Waktunya setelah selesai shalat Jum'at. Karena tidak begitu "ikhlas", yaa akhirnya banyakan ngantuknya. Tapi yang saya kagumi, k Yudi tetap berusaha sabar.

Berminggu-minggu kemudian, saya mulai larut dalam pengajian ini. Sejak saat itu, banyak yang bilang saya "beda". Salah zenior, yang juga kakak kelas waktu SMA, malah bertanya "Aktif ko di Fosmik dii? Hati2 lho, mereka tidak percaya hadits ahad!". Waktu itu, saya belum begitu mengerti, apa maksudnya?

Lama kelamaan, pengajian itu pindah ke hari Sabtu. Namanya sekarang jadi halaqah. Malas kadang-kadang [malah kebanyakan] ikut serta. Ya akhirnya, pernah bolos datang. Terlambat. Tidak konsen. Ngantuk.

Lama-lama saya merasa jenuh. What'z going on with my life?

Kemudian saya tetap "memaksakan diri" untuk tetap berada di jalur. Teman2 halaqah pun mulai berguguran. Dari 3 orang, akhirnya tinggal saya saja.

Karena kesibukan k Yudi [maklum, ko ass], halaqah itu pun mandeg. Stuck.

Sekitar 3 bulan, lamanya hari Sabtu yang biasanya diisi dengan halaqah, mulai diisi dengan kemalasan, kemaksiatan, dan kesenangan lainnya. Halaqah? Lupa tuh!

Tapi entah kenapa, perasaan "rindu" dengan halaqah itu masih ada. Akhirnya, saya "diopor" ke musrif [pembimbing] yang lain. Namanya Satria. Anak Poltek 2002.

Tapi lagi-lagi halaqah ini tidak pernah jalan. Tapi, sejak saat itu, saya kemudian merasa "terikat" dengan jama'ah ini. Entah kenapa. Padahal mereka tidak pernah "mengikat" saya.

Kemudian, saya "diopor" lagi. Kali ini saya lupa namanya. Wong, halaqahnya tidak pernah jalan. Ketemunya juga cuma sekali, saat dipertemukan oleh Satria.

Sejak saat itu, saya mulai aktif di halaqah yang lebih besar lagi. Ketemu banyak orang. Dan sepertinya rasa "terikat" itu semakin besar. Tapi saya bahagia. Walaupun kadang membuat banyak bertanya.

Akhirnya, saya dipertemukan lagi dengan seorang musrif baru. Namanya Syahrul.

Halaqah kemudian mulai berjalan. Teratur. Ketemu dengan teman baru. Setiap Sabtu pagi yang tidak membuat mengantuk.

Sekarang, halaqah rutin tiap Minggu malam. Kadang berubah. Tapi satu yang tak pernah berubah. Malah bertambah. Ya, rasa "keterikatan" itu. Dan ilmu, pastinya.

Epilog
Sekarang, perubahan itu mulai terasa. Sangat mendasar, saya pikir. Walaupun belum sempurna, dan masih banyak keburukannya. Tapi membuat jiwa semakin gelisah. Semakin banyak bertanya. Semakin banyak membaca. Dan semakin banyak mencari jawaban. Sampai dahaga keingintahuan itu terpuaskan.

Dan itu yang saya sukai!

Thanks to:
Allah SWT atas hidayah dan petunjuk yang selalu tercurahkan,
Rasulullah SAW junjungan kami yang begitu mulia,
dan nama-nama yang ada maupun tidak ada dalam postingan saya kali ini.
Sungguh, saya merasa "tercerahkan" !.

Semoga apa yang saya tempuh kali ini, memang berada di right track. Kalaupun jalur ini adalah jalur yang salah, tegur saya ya Allah, dan luruskanlah kami!

0 Response to "Langkah Pertama"

Post a Comment

Komentar, Bukan Spam ;)