Lift di Fakultas

Hari ini, ke Fakultas setelah "dipanggil" mendadak oleh Ibu ****, karena ada kesalahan yang perlu diluruskan. Setelah membela diri, (dan tentunya) disemprot sampai harus menghadap ke pembesar fakultas, akhirnya clear juga. Tobaaaat deh. :ayokona:
Tapi bukan itu, fokus ceritanya. Fokusnya adalah lift.

Saya yang kampungan, ataukah memang fakultas ini sudah punya anggaran berlebih untuk berbelanja lift. Ya, lift.

Mungkin, adanya lift di suatu gedung perkuliahan bukan hal yang baru, apalagi tabu. UGM dengan kampus kerennya, juga punya. Unhas? FK Unhas? Sebenarnya sudah lama ada, tapi rusak.

Hari ini, untuk pertama kalinya, saya tercengang melihat lift di kampus. Letaknya dekat tangga lab Anatomi. Saya bertanya pada Nuhi, sejak kapan ada? Sudah lama katanya. Ooo :ha?:

Sejenak, saya membayangkan. Mahasiswa sekarang enak ya, naik-turun lantai tidak perlu lagi naik-turun tangga. Cukup, pencet tombol up-down, lalu tombol lantai tujuan. Wusss, langsung selamat sampai tujuan.

Saya tidak antipati pada perkembangan, apalagi memusuhi yang namanya lift. Lift itu penyelamat bagi mahasiswa yang nyaris telat datang CSL (seperti CSL Traumatologi dulu, saya nyaris terlambat datang, lalu harus tergopoh-gopoh loncat tangga (haha, istilahnya loncat karena bukan step-by-step lagi, tp loncat anak tangga :galit:), lalu berlari ke ruang CSL. Akhirnya telat juga. Mahasiswa sekarang, ya cukup pakai lift.

Kami, para koass, mungkin masih familiar dengan penggunaan lift, terutama di RS Ibnu Sina. Lift yang "diharamkan" penggunaannya oleh koas. Koas, musti naik-turun tangga (4 lantai
::(). Atau, mungkin lift di RS Pelamonia (ini sih gara-gara liftnya horor :takot::scream:). Atau, lift di UGD RSWS yang agak dihindari saat jam dinas (karena ada ruang 313.. :inis:) hehe. Jadi betis kami sudah terbiasa dengan tangga. Lalu, tiba-tiba dapat kemudahan seperti ini. Agak aneh saya rasa. Haha, mungkin saya yang udik ya.