Masihkan Keperawanan Dipertanyakan?

Tadi malam (Selasa 5 Juni 2007), di TV ditayangkan film “Virgin”, film yang dibuat beberapa tahun lalu. Pertama kali saya menontonnya di 21 bersama teman (hehe jadi inget serunya nomat.. saat itu saya masih dalam masa “jahiliyah” ^^). Film itu jadi booming, dikomentari dimana-mana. Banyak yang berkomentar mengatakan bahwa film ini adalah gambaran nyata kehidupan “gaul” remaja saat itu (Saat itu! Gimana sekarang??!). Hura-hura, mabok, party, clubbbing, seks, sampai melacurkan diri adalah hal yang biasa ditemui di kalangan remaja “gaul”.

Pesan yang saya tangkap dari film ini kurang lebih seperti ini : Terserah lo mau bgaul sampe mana, asal limitnya adalah virgin lo. Tagline seperti ini memang ditujukan buat remaja putri (yang kebanyakan MUSLIMAH). Terserah kamu mau hura-hura, mabok, clubbing, pacaran, de el el asal jangan sampai kehilangan keperawanan. Klo memang sudah “terlanjur, terbiasa, dan terpaksa”, ya pake kondom.

Dalam dunia medis, dikenal istilah himen. Pada tau kan himen itu apa? Seorang perempuan yang himennya sudah robek, dianggap oleh kebanyakan masyarakat sudah tidak perawan. Padahal dalam dunia medis, yang namanya himenoplasti (penyambungan kembali himen yang robek) itu sudah biasa. Jadi bisa saja ada seorang pezina (maaf, saya lebih suka menyebutnya pezina. Bukankah hubungan seks di luar nikah itu namanya ZINA?), yang himennya sudah robek, namun melakukan himenoplasti, lalu disebut perawan kembali? Yang menjadi esensinya adalah masyarakat cenderung melihat status-keperawanan dari robek tidaknya himen. Mereka tidak mau tahu apakah himen itu robek karena BERZINA ataukah karena trauma. Banyak perempuan yang himennya robek bukan karena BERZINA, tapi mungkin karena kecelakaan atau olahraga. Yang mereka tahu, himen robek means tidak perawan, himen tidak robek means perawan. Jadi boleh saja remaja putri mereka bergaul-bebas-abizz sampe limit no koitus. Maka mereka masih perawan. Dosa baru dianggap ketika sudah BERZINA, sementara proses menuju ZINA tidak dianggap dosa (malah dianggap wajar!). Sama kan dengan tagline film ini? Mereka menganggap sama saja seorang pezina yang sudah dihimenoplasti dengan seorang muslimah yang —jangankan berzina, mendekati zina saja tidak— karena sama-sama punya himen yang utuh. Padahal jelas kan bedanya?

Safe-sex yang menjadi tagline kampanye seks bebas (yang sasaran utamanya adalah remaja –lagi-lagi kebanyakan MUSLIM– yang disponsori oleh produk kondom) bisa menjadi gambaran bagaimana pengaruh bebasnya budaya kuffar yang disusupkan ke remaja muslim tersebut. Bunyi kampanyenya seperti ini : Jangan lakukan hubungan seks, atau kenakan kondom! Pilihannya cuma ada dua : tidak BERZINA (tapi boleh pacaran, gaul bebas, dan aktivitas-aktivitas berdua-duaan lainnya), atau sekalian aja BERZINA tapi pake kondom (mungkin dianggap berkhalwat kan sudah dosa, sekalian aja sampe zina. Supaya dosanya gak setengah2 :p )

Sekali lagi tolak ukur yang dipakai berbeda. Banyak yang menganggap tahapan-tahapan pergaulan yang menjadi batu loncatan bagi pergaulan bebas, itu sah-sah saja. Pacaran itu boleh, bergaul secara bebas dengan lawan jenis itu boleh, asal jangan sampai koitus. Loh? Bukannya pacaran & pergaulan bebas itu adalah kunci utama menuju hubungan-suka-sama-suka (kalau malu disebut BERZINA)?

Lucu sekali! Ibaratnya, kamu boleh (malah disarankan) melumuri tanganmu dengan minyak tanah, lalu meletakkan di atas api, tapi tidak boleh terbakar. Impossible kan? Kenapa tidak begini saja : jangan lumuri tanganmu dengan minyak tanah, jangan letakkan tanganmu dekat api, jangan dekat-dekat minyak tanah dan api, maka kamu tidak akan terbakar. Gitu aja kok repot.

PS : artikel tentang virgin juga klik di sini. Tulisannya k' Jabir. Kayaknya beliau gak kenal saya. Tp saya tau beliau. Terima kasih buat "sumbangannya". It makes Fosmik alive :)

0 Response to "Masihkan Keperawanan Dipertanyakan?"

Post a Comment

Komentar, Bukan Spam ;)