"Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati,
bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Alquran dan dzikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan." (HR Ad-Dailami).

Terlena dalam hiburan. Ya, virus itu belum bisa sepenuhnya saya vaksinasi ."Trio" mp3, film, game masih merupakan "isu utama" dalam harddisk 40 GB ku. [Sependek] pengetahuanku, Islam tidak melarang untuk "sedikit" bersenang-senang asalkan sesuai proporsinya. Tapi justru itu yang menjadi bumerang bagi saya, [bukan bermaksud justifikasi ataupun membagi perasaan bersalah] dan setidaknya kebanyakan kaum muslim lainnya. Kesadaran untuk mengurangi kesenangan. Bukannya mengurangi, malah yang terjadi sebaliknya. Menambahkan dan menjadikan "prioritas utama".

Lihatlah konser-konser musik
Lihatlah twenty-one di hari senin (pemburu nomat *.*)
dan bandingkan dengan mushala kecil dalam mal
atau masjid besar di dekat mal

Tulisan ini tidak dibuat untuk "menceramahi" orang lain. Justru untuk memacu diri saya pribadi untuk menyadari bahwa kesenangan juga
perlu "sedikit dibatasi"

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna." (QS Al-Mu'minuun: 1-3).

"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh. Dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasihati dalam kesabaran." (QS Al-Ashr: 1-3)

Ya Allah jika memang kesenangan itu adalah ujian bagiku, mudahkanlah aku menghadapinya.

0 Response to " "

Post a Comment

Komentar, Bukan Spam ;)