Kalau mengasosiasikan gelap sebagai sisi yang harus disembunyikan, saya pasti pendukungnya. Entah sudah berapa luas sisi gelap ini.
Sisi yang selalu berusaha disembunyikan dari orang-orang, sehingga yang terlihat hanya sisi yang terang. Sisi yang berisi betapa -munafik- nya saya. Pagi berbuat dosa, sore kembali bertaubat.
Begitu mudahnya berbuat dosa, semudah bertaubat. Sayang, bukan taubat nausha. Akibatnya, dosa -dan pencucian dosa- menjadi menu sehari-hari. Manusia memang tidak terlepas dari dosa, karena manusia bukanlah makhluk-Nya yang sempurna. Selalu -saja- ada godaan untuk berbuat dosa.
Sewaktu sekolah dulu, guru agama saya pernah bilang, dosa adalah perbuatan yang jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah. Namun, bagaimana jika dosa itu selalu berulang? Bukankah rasa bersalah itu akan semakin terkikis? Hingga akhirnya tidak ada rasa bersalah sama sekali, yang ada adalah perasaan seperti -baru saja- tidak melakukan dosa.
Yang lebih celaka, rasa takut akan terbukanya sisi gelap itu, lebih besar daripada takut kepada Allah karena telah berbuat dosa. Ternyata, Allah masih sayang pada hamba-Nya yang hina ini. Aib-aib yang ada, tidak dibuka dan ditampakkan pada orang lain. Malunya saya ya Rabb.
Di blog tetangga, saya pernah baca tentang jin Qarin, jin yang selalu menggoda manusia untuk berbuat maksiat dan dosa. Apakah Qarin telah bertransformasi menjadi saya -sehingga tidak perlu digoda lagi- ??
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Me, Myself : The Undercover Version (part2)"
Post a Comment
Komentar, Bukan Spam ;)