Hari ini 17 Agustus 2007, bangsa Indonesya (sori, saya menuliskannnya berdasarkan kedengarannya ;p) merayakan kemerdekaannya yang ke 62. Gaung perayaan kemerdekaan sudah terasa sejak memasuki bulan Agustus. Tiba-tiba dunia Indonesya terasa serba merah-putih. Merah artinya berani, putih artinya suci. Katanya..
Ada 3 sms di inbox ku hari ini yang bertopik 17-an.
Uli wrote : MERDEKA!!! =P.
>> Kapan merdekanya? ;p
Gusti wrote : Ikutka lg upacara, kayak anak sekolah sj, capek deh!
>> Kasyannn
k Zam wrote : Smoga kemerdekaan tidak hanya sekedar kata yg tertulis & terucapkan. Tp smoga ia memberikan semangat baru bagi kita mempertahankan & mengisi alam kemerdekaan ini.
>> wew, salah satu korban nasionalisme ;p
Perlombaan 17-an (yang sejarahnya gak jelas kenapa ada. Mungkin just have fun ya?) semarak di berbagai lingkungan Indonesya. Waktu masih sekolah dulu sih,. enjoy aja. Tapi setelah diracuni virus ideologis, perayaan itu terasa merayakan 62 tahun terjajahnya Indonesya.
Selama 62 tahun ini, estimasi kita terhadap kemerdekaan adalah terlepasnya bangsa Indonesya dari jajahan fisik. Just fisik! Yang memprihatinkan, selama 62 tahun, kita selalu terbuai dengan dongeng-dongeng (sampah?) tentang cerita heroik perjuangan pahlawan nan gagah perkasa berjuang merebut kemerdekaan dari penjajah. Yang saya pahami, pejuang itu muslim, dan penjajah itu kafir. Ya, jihad dunk!
Penjajahan non fisik! mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan bangsa Indonesya saat ini. Orang akan melihat penjajahan fisik sebagai hal yang dramatis karena memakan banyak korban jiwa, tetapi penjajahan non fisik justru lebih berbahaya! Korbannya terbunuh pelan-pelan.. Virus-virusnya --dalam berbagai varian, yang hanya bisa dibasmi dengan antivirus Islam Ideologis ;p-- senantiasa menyebar meracuni pemikiran ummat. Lihat saja Indonesya sekarang. Dalam doa Menteri Agama tadi pagi, saya dengar beliau berdoa pada Allah agar bangsa Indonesya dijadikan makmur sejahtera dalam bingkai demokrasi. Huekk! Bingkai demokrasi? Ke laut aja! Nih bingkai demokrasi itu :
Badan Dunia yang menangani masalah pangan, World Food Programme (WFP) memperkirakan, anak Indonesia yang menderita kelaparan akibat kekurangan pangan saat ini berjumlah 13 juta orang. (Suara Pembaruan, 11/7/07).
Menurut laporan Australia-Indonesia Partnership (Juli 2004), “Lebih dari separuh penduduk Indonesia yang berjumlah 210 juta rawan terhadap kemiskinan. Pada tahun 2002, Bank Dunia memperkirakan 53% penduduk atau sekitar 111 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan dengan standar internasional, yaitu US$ 2 perhari. Sekitar 25 juta penduduk Indonesia buta huruf. Hampir 50 juta jiwa menderita gangguan kesehatan dan tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan. Banyak komunitas tidak memiliki infrastruktur dasar yang memadai seperti penyediaan air bersih, sanitasi, transportasi, jalan raya dan listrik.”
Lebih dari itu, akibat dominasi Kapitalisme global, pengangguran di negeri ini diperkirakan meningkat menjadi 11,1 persen pada tahun 2006. Jika ditotal dengan seluruh jenis pengangguran di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan mencapai 41 persen atau lebih dari 40 juta orang.” (Antara News, 7/7/07).
Dalam konteks global, setelah hampir sepuluh tahun pelaksanaan World Food Summit (WFS) tahun 1996 di Roma, jumlah produksi pangan dunia memang dipandang telah mencukupi. Namun, di tengah melimpahnya produk pangan tersebut, justru angka kelaparan terus meningkat sampai sejumlah 840 juta jiwa (berarti hampir 1 miliar jiwa). Ironisnya, fenomena ini malah dijawab FAO di antaranya dengan liberalisasi perdagangan dunia. Solusi ini langsung menjerumuskan masyarakat Dunia Ketiga, khususnya para petani, ke jurang kesengsaraan lebih dalam. Pasar Bebas—yang menjadi salah satu senjata Kapitalisme global—yang menerjang negara-negara berkembang ini telah mematikan sendi-sendi produksi dalam negeri. Permainan harga, monopoli, dan dominasi negara-negara maju telah menghancurkan kedaulatan negara Dunia Ketiga, baik secara politik maupun ekonomi. Situasi ini merata terjadi di banyak negara.
Sorce : buletin Al Islam
Ya Allah, jadikan kami makmur sejahtera dalam bingkai kehidupan Islam! Hilangkan segera demokrasi dan derivatnya dalam kehidupan kami. Sadarkan mereka, ya Allah, bahwa kami belum merdeka secara hakiki. Jadikan kami merdeka sepenuhnya dalam bingkai Khilafah Islamiyah Rasyidah!
Sampai kapan umat ini betah dan terus bertahan dalam sistem kapitalisme sekarang ini??? Tidakkah kalian memikirkan akibat yang diderita umat, baik islam maupun non islam, selama sistem selain Islam diberlakukan di muka bumi ini??? Sungguh yang terjadi adalah kemiskinan, kesenjangan, kekacauan, dan sebagainya. (milis pejuang_syariah)
Dari penjajahan manusia atas manusia.
Dari penjajahan nafsu atas kehidupan.
0 Response to "62 Tahun dalam Alam Kemerdekaan?"
Post a Comment
Komentar, Bukan Spam ;)